Aku melihat arena yang begitu luas. Orang datang berduyun-duyun untuk melihat secara langsung. They would spend the extra penny just to sat in the front row. Tapi aku hanya mampu berdiri di tempat paling belakang. Di sini tak ada kursi yang nyaman. Aku hanya bisa menonton dari kejauhan. Kulihat kanan dan kiriku. Mereka juga berdesak-desakan untuk menonton pertunjukan hari ini. Cuaca yang panas, bercampur bau keringat membuatku semakin mual. Sangat bising. Entah apa yang sedang dibicarakan. Jagoan masing-masing ataukah menu makan malam after this show. Di baris terdepan ada para bangsawan bergaun indah. Mereka terlihat menanti dengan tidak sabar sambil terus mengunyah makanan yang tersaji di depan mereka dengan rakus. Matahari semakin ganas meyebarkan teriknya. Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan. Pintu besi di sisi kanan arena telah dibuka. Muncullah sang Hoax. Dari baris paling depan kulihat seorang pria tambun berjubah merah berdiri sambil berteriak. Rupanya hoax itu miliknya. Dari sisi seberang arena, the gladiator telah siap menantangnya. Penonton semakin bersemangat. Terik matahari tak lagi dihiraukan. Mereka meneriakkan dukungannya sambil bertepuk tangan.
The death match began. Pertarungan berlangsung tanpa peraturan. Hanya satu perkecualian. Kill or be killed.
The hoax melancarkan serangan pertama. Cukup mematikan. Tapi sang gladiator berhasil menangkisnya.
“Balas!!” “Balas!!” Teriak penonton. Sang gladiator menunjukkan keahliannya memainkan siasat. The hoax terpaksa mundur sesaat. Tapi itu tak lama. Sejurus kemudian, ia kembali melancarkan serangannya. The gladiator terjatuh. Penonton semakin bersemangat. Mereka terpecah menjadi dua kubu. Mereka saling mencela dan menjatuhkan kubu lainnya as if they were the player. Pria tambun berjubah merah tadi tampak tak tenang. Mungkin ia ingin agar pertandingan segera berakhir agar ia dapat segera pulang dengan kepingan emas di tangan. The hoax tampak semakin beringas. Ia mampu membuat sang gladiator tersudut. Ia tak mampu lagi melawan. Te hoax tampaknya tak mempunyai nurani. Dalam sekali tebas, the gladiator terbunuh. Penonton bersukacita mengelu-elukan the hoax. A new hero has born. Ia dipuja layaknya pahlawan.
Arena tak lagi ramai. Hanya aku yang masih tinggal di sana. Semua penonton pulang dengan sukacita karena merasa sangat terhibur hari ini. The extra kuota they paid has give them a pleasure to watch another man died today. Ya.. disinilah tempat pembantaian terjadi. Whoever win the battle doesn’t matter. As long as everybody feel entertained. An extra like or follower will guarantee an extra bonus for the winner.